Temuwicara dengan Memodapur, Makassar

Makan Kah Kita? merupakan bagian dari rangkaian program yang menggali tentang kuliner inisiasi dari memorirasa.smr bersama dengan samar projek yang akan bermuara dalam bentuk eksibisi. Program ini mencoba mengkontekstualiasikan ingatan masa kecil si seniman, Maulana Yudhistira, mengenai sajian mendiang ibunya kepada publik yang lebih luas. Sebagai rangkaian program, terdapat sub-program roadshow memasak yang dijadwalkan di beberapa titik sebar di kota samarinda, sebagai repertoire yang berupaya reflektif terhadap keberadaan kuliner banjar-kutai di masyarakat Samarinda. Juga menjadi tahap awal bagi memori rasa untuk mengarsipkan sajian vernakular di sekitar timur Kalimantan.

Program temuwicara ini juga sebagai upaya kami untuk melihat Kembali, memperkaya khazanah, berdiskusi dan memperluas cakrawala mengenai sajian, serta mencoba menghubungkan pengalaman-pengalaman personal pada sebuah pengalaman kolektif.

Pada kesempatan ini, Memodapur diwakili oleh Wilda menceritakan latar belakang bagaimana kolektif asal Makasar ini melihat makanan sebagai produk budaya, dan dapur sebagai pintu masuk untuk melihat permasalahan urban.

Memodapur merupakan inisiatif asal Makassar yang dibuat untuk meneliti dan menuliskan kehidupan sehari-hari dengan menjadikan dapur sebagai pintu masuk.

Wilda Yanti Salam adalah penulis dan peneliti yang berbasis di Makassar. Ia tertarik pada dapur, makanan sebagai pengetahuan sehari-hari, dan eksperimentasi pada cara dan metode belajar bersama. Ia belajar dan bekerja di Tanahindie. Pada 2021 menjadi asisten kurator untuk ajang Makassar Biennale. Pada 2018 ia meneliti tentang lontang, bar tradisional untuk minum ballo (tuak) di Makassar. Beberapa tulisannya pernah terbit dalam buku bersama, di antaranya Ramuan di Segitiga Wallacea (2020), Kota diperam Dalam Lontang (2018) dan Gerakan Literasi Sekolah SLB di Tiga Kota Sulawesi (2019)